Senja hampir tiba, kabut dingin mulai turun menyelimuti lereng gunung. Hujan yang sejak pagi tak henti-hentinya menghujam perut bumi mulai mereda, berganti gerimis. Gerimis yang walau tampak lemah gemulai membelai dedaunan di pinggiran hutan, namun terasa sangat kesyahduannya. Dan tak bisa kusangkal, meninggalkan jejak sendu di benakku yang hampa.
Aku mengeraskan volume cd player yang ada di sudut kamar, lalu melangkah menuju jendela yang tirainya berkibar-kibar ditiup angin, jendela yang sengaja kubiarkan terbuka. Alunan Quartet for Strings and Piano in A Minor – Gustav Mahler pun terdengar semakin jelas memenuhi ruang, menyelusup ke dalam hatiku. Tak bisa kucegah, menjalari dan meninggalkan jejak sunyi dalam ruang-ruang hatiku yang berantakan. Di luar, gerimis semakin syahdu.
Berdiri di tepian jendela, memandangi gerimis yang lembut menyetubuhi rumput-rumput hijau yang menggigil kedinginan. Tanpa sadar, aku ikut menggigil. Seperti bisa merasakan dingin yang begitu mencekam. Hati dan pikiranku ikut menggigil. Menahan sesak dan ingin yang bertahun kubendung, seperti ikan yang ingin keluar dari akuarium hanya untuk menggelepar lalu mati.
Inginku, bersamamu berpelukan memandangi gerimis dari tepian jendela. Tapi kau pasti sedang bersamanya. Bangsat!
Itu kata terakhir lebih enak diganti dengan “brengsek!”
kalo dia sedang bersamanya, lu bersama orang lain aja dong… 😀
aw aw aw…. kau sedang bersamanyaaaa… auwooooo…..
nice..
sempatkan juga mengunjungi website kami di http://www.hajarabis.com
dan ikuti undian bagi-bagi duit ratusan ribu rupiah
sukses selalu!!
ya ampun, salah bukak postingan nih, baca postingan atas kok jadi galau ya?
*usrekusrekpojokan 😛
*salaman silaaturahmi
Udah Mbak hajar aja!! 😛
KEREEEEEEENNN!!
paling suka bagian penutupnya
selama janur kuning belum melengkung sih, biasanya masih ada peluang 😀
Woh, category-nya sangar, ‘Embrio Novel’!
Betapa produktifnya kau, Nak! 🙂
mandi ujan aja mba 😀
terusin … terusin, cyn …
satu kata endingnya enakan dengan kata DAMN, atau DEIM, gitu, darl?
asalusul aja siy …
tapi iyah, terusin … terusiiiiin …
the last word, haduh non…
btw, aku bikin balasan postingan ini loh.
check my blog ya darl.
^.^
kawinin yuk !!!
*masih pengen punya impian besar bikin novel duet sama kamuh*
Suka kali aku dengar kata terakhirnya.
Kurang ajar benar dia itu.
Di mana dia? Biar kita siram pake air panas… :))))
cari selingkuhan aja mbak hehehe :p
fotonya bagus banget itu dek
Wah..was, berarti cembubur nih ceritanya 😀
Oh..ya, kata terakhirnya nusuk banget deh, hihihiih… 😀
wow kata penutusnya cukup pedas, singkat dan padat hehehe..
very nice…
baca postingan pembukanya begitu syahdu dan mendayu, tapi penutupnya begitu keras dan menghantam… 🙂
bersama emak nya kale’ ? 😀
udaaahh hajaaar aja mbaaaa.. ane dukung laah.. hehhe
awalnya sendu..akhirnya….oh…..lucuuu.. 😀
hanya ingin mengikuti postingan agan .
postingan yang menarik
nice gan .
sempatkan mampir ke website kami
http://www.hajarabis.com