Agak susah ya mencari kata-kata yang tepat untuk melarang anak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Apalagi kalau apa yang dia lakukan itu berbahaya. Misalnya mainan benda tajam, manjat kursi atau lemari, lari-larian di jalan. Udah panik duluan dan nggak sempat mikir cari kata-kata positif. Pakai cara cepat ajalah, segera hentikan si kecil dan berteriak “JANGAN!!!!”
Dalam keadaan lelah atau panik, saya biasanya udah nggak kepikiran lagi mencari kata-kata positif untuk melarang anak batita saya yang kepergok melakukan sesuatu. Sebenarnya saya sudah tahu dan sadar bahwa kata “jangan” sebaiknya jangan dipergunakan. Tapi kadang-kadang masih keceplosan, cyiinn….ya maaph 🙂
Sebagai ibu yang (berusaha untuk) baik, pada akhirnya saya menyadari bahwa kata “jangan” biasanya (tak sengaja) saya pergunakan kalau saya sedang malas. Atau saya sedang capek dan udah males bernegosiasi dengan si kecil. Udah males ngomong panjang lebar dan pengen segera menyelesaikan masalah dengan memaksa Java menghentikan kegiatan terlarangnya. Lalu saya dan suami akhirnya sepakat, bahwa siapa yang menggunakan kata “jangan” dalam menghadapi tingkah laku Java adalah PEMALAS. Duh…nggak mau dong ya dibilang pemalas.
Lalu bagaimanakah saya menghadapi kelakukan Java yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi ituh? 😛
- Ketika mendapati Java sedang melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan, saya biasanya bertanya “Java lagi ngapain?” Jika dia menjawab, saya bertanya kembali ” Untuk apa?”. Jadi saya tidak langsung melarang atau memaksa Java menghentikan kegiatan yang sedang dia lakukan. Setelah Java menjawab untuk apa, saya mencoba menjelaskan bahwa apa yang sedang dia lakukan itu tidak seharusnya dia lakukan. Kemudian menjelaskan apa dan bagaimana dia harus melakukannya.
- Ketika mendapati Java sedang melakukan sesuatu yang berbahaya, misalnya mainan pisau. Saya biasanya bertanya “Pisaunya itu punya siapa?” Sebisa mungkin saya tidak langsung merebut pisau tersebut dari tangannya. Java biasanya menjawab “Punya mama.” Lalu saya meminta dia mengembalikannya kepada saya. Biasanya dia tidak mau mengembalikannya, sebelum saya bilang “Balikin dong, mama mau pakai”. Tapi hal terpenting dari pisau-pisauan dan benda tajam adalah : jauhkan dari jangkauan mereka.
- Ketika kita sedang enak-enakan jalan-jalan sore dengan si kecil,ehhh…tiba-tiba dia lari sekencang-kencangnya sambil berteriak-teriak gembira. Apa yang saya lakukan? Langsung saya kejar. Nggak ada gunanya teriak-teriak nyuruh dia berhenti 🙂
Intinya, ajak anak bernegosiasi. Jangan melarang mereka melakukan sesuatu tanpa penjelasan. Karena kalau dilarang-larang biasanya malah tambah penasaran kan? Kemudian dampingi anak ketika mereka bermain, jadi kita bisa mengarahkan mereka ke hal-hal yang baik dan menutup kemungkinan mereka melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Itu menurut saya lho. Bagaimana menurut anda? 🙂
Kalo menurut gw sangat gakpapa lho bilang jangan itu. Tentu ya jangan apa2 dibilang jangan. Tp kalo sampe anak melakukan sesuatu yg bahaya, pegang piso contohnya, ya harus dibilang jangan. Plus alesannya. Jd anak belajar bahwa emang ada hal2 yg gak boleh dilakukan, either katena itu bisa membahayakan dirinya atau org lain, atau karena dia harus follow the rule.
jd menurut gw kata jangan itu sama sekali bukan tabu asal dipergunakan dgn benar.
menurut saya tidak apa2 menggunakan kata2 jangan selama kita menjelaskan alesanya dengan baik 🙂
Dulu pernah ikut training tentang berhadapan dengan anak. Memang katanya penggunaan kata “jangan” yg terlalu banyak sangat tidak baik dampaknya ke psikologis otak anak. Bawaannya jadi “negatif”, jadi aku setuju kalo kata ‘jangan’ diganti dengan kalimat yg lebih “positif”.
Tapi kalau utk yg urgent memang kata “jangan” mesti dipakai untuk menegaskan sesuatu. Lagipula toh mereka perlu jg mengenal kata “jangan”.