Sebagai perantau yang pernah menetap di beberapa kota, saya punya beberapa circle pertemanan yang mana setiap circle tidak berteman atau tidak kenal dengan circle lainnya. Salah satu circle pertemanan saya adalah ex-colleague waktu bekerja di Jakarta dulu. Dan walaupun sudah ratusan purnama (tepatnya tujuh tahun..hahahaha..) persahabatan kita masih dalam kwalitas yang sangat baik. Dan mengingat jarak yang memisahkan, tahun lalu kitapun menandatangani “Singapore Declaration”, yang mana isinya adalah setiap tahun kita akan jalan-jalan bersama. Kita sebut “Singapore Declaration”, karena waktu itu kita lagi reuni alias jalan-jalan ke Singapore. Udah itu aja alasannya.

Dan tahun ini, tadinya kita mau sekalian reuni waktu temen saya yang satunya ada business trip ke Hongkong, tapi nggak jadi karena saya dan teman satunya belum siap lahir bathin. Gila lo emang perusahaan nenek gue bisa cuti semau gue. Hahahha…Namanya business trip kan pasti dadakan ya. Trus waktu teman saya yang satunya lagi business trip ke Shanghai, kita juga berencana mau sekalian reuni. Tapi gagal karena waktunya mepet. Kan harus bikin visa dulu trus tiketnya juga lagi mahal, bok. Trus waktu saya business trip ke Bangkok kemarin juga harusnya sekalian reuni. Eh, gagal juga karena waktunya mepet. Susah emang ya menyatukan tiga jadwal dari tiga kesibukan yang berbeda.

Trus beberapa minggu kemarin, teman saya yang satunya ada business trip dadakan ke Kuala Lumpur. Dan dia mengajak sekalian reuni. No need visa to visit KL, right? Dan tiket pesawatnya juga relatif murah. Tapi karena waktu itu saya abis ninggalin rumah dua minggu berturut-turut (dalam rangka kerja), akhirnya dengan terpaksa saya menolak. Ga jadi lagi.

Tadinya kita udah sepakat. Udahlah, reuni tahun ini diskip aja. Kita reuni lagi aja tahun depan di mana kek…lokasinya liat kondisi dan harga tiket. Hahahha….Okay! Deal! Lupakan “Singapore Declaration” tahun ini. But then teman saya yang satunya tiba-tiba mengumumkan bahwa dia akan pindah ke Australia and she would like to have a trip with us before she leave. Kelakuan ya! Mau pindah kok ngomongnya dadakan?

Udah! Abis itu ribut deh bertiga menentukan jalan-jalan kemana. I need a low budget karena terus terang budget tahun ini udah kepake banyak untuk travelling (please note that even when you are in business trip, you have to spend your own money ya…). Temen saya yang satunya maunya yang ada tempat wisata serunya. Yang satu lagi (yang mau pindah ke Aussie) pasrah kemana aja asalkan bertiga.

Buat saya pribadi, terlepas dari budget alasan utama jalan-jalan bukan tempat wisata yang dituju. Saya lebih ke pengalaman yang saya dapat selama jalan-jalan. Saya lebih tertarik untuk tahu gimana sih kehidupan di sana, gimana rasanya tinggal di sana. Jadi bisa dibilang lebih banyak ke rasa ingin tahu. That’s why i prefer to walk around the city instead of spending hours in one famous place. 

Nah ini sangat bertolak belakang dengan salah satu teman saya yang alasan utamanya jalan-jalan adalah mengunjungi tempat wisata (yang terkenal). Jadi pertimbangan dalam memutuskan kota yang dituju adalah ada tempat wisata (yang terkenal) nya atau nggak? Kalau nggak ada ya cenderung untuk memilih kota yang lain.

Kalau teman saya yang satunya lagi beda pula. Alasannya jalan-jalan lebih ke kebersamaan. Jadi tempat tidak menjadi alasan utama. Yang penting rame-rame aja, semua happy.

Tiap orang pasti punya alasan masing-masing ya. Dan saya sangat bangga dengan persahabatan kami karena meskipun ketiganya berbeda, kita bisa saling menghargai dan no hurt feeling. Keterbukaan memang sangat dibutuhkan dalam suatu hubungan ya.

Trus jadinya jalan-jalan kemana, Yes? Hahahahaha…karena tidak berhasil menemukan titik tengah kita nggak jadi jalan-jalan. Dan akhirnya kita memutuskan untuk nabung dulu trus nanti visit teman saya yang akan tinggal di Australia ituh.

Kalau kamu, alasan kenapa kamu butuh jalan-jalan apa?