Boys May Cry

Pada suatu hari ketika si boy masih berusia empat tahun lebih sekian bulan. Seperti biasa ketika mendapati dia menangis, saya bertanya alasan kenapa dia menangis. Saya memang jarang sekali (dan hampir tidak pernah) langsung meminta dia berhenti menangis. Saya selalu bertanya alasannya dan masalah apa yang sedang dihadapinya sehingga membuat dia menangis.

Baby crying

Lalu sore itu, terjadi percakapan seperti ini :

Saya      : Do you have problem? Why do you cry?

Si Boy   : I can not make this lego. I hate this! Huwaaaa…….(nangis lagi)

Saya      : You can ask help. Crying can not solve your problem, right?

Si Boy   : I know, mom. Cry can not solve my problem but it can make me feeling better.

Saya      : So do you feel better now? Do you need my help to fix your lego?

Si Boy   : No. I will make it by my self. I feel better now. I will try again. 

Beberapa hari kemudian….

Si Boy   : Ma, cowok tu nggak boleh nangis to?

Saya      : Ummm….tergantung alasannya apa.

Si Boy    : Kata temenku cowok tuh nggak boleh nangis.

Saya      :  Boleh, tapi….

Si Boy    : Cry can not solve my problem, right? But i may cry if it make me feeling better?

Saya       : Yes. Tapi jangan sering-sering. Kalau ada masalah ngomong, kalau nggak bisa minta tolong. Nangis boleh, yang nggak boleh itu cengeng.

Si Boy     : Okay, mom!

Kata siapa cowok nggak boleh nangis? Asal jangan cengeng aja. Ya kan?

pic from here

 

 

 

Advertisement

2 comments

  1. menangis dan cengeng itu beneran beda ya, suka sedih sih klo ngeliat ada anak nangis di depan umum trus ibunya ngomel2 “jadi anak cengeng banget sih” … atuhlah, faktor penentu anak cengeng ato gak kan dari didikan orang tuanya, cmiiw

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s