…
satu tahun, ribuan helaan nafas, ratusan malam yang menyiksa.
aku memang tidak pernah menangis, tapi hati tak pernah bisa berhenti menyesali kenyataan

tapi ini hanya tentang cinta, hanya tentang sebuah ingin yang tak terwujud
hanya sebuah kecewa berlebihan, hanya sebuah cerita yang kelak akan menjadi kenangan yang mungkin kan terlupa
hanya tentang seorang laki-laki (rapuh) yang patah hati
waktu akan menyembuhkannya, pasti

satu tahun, kulalui dengan banyak diam
diantara wajah-wajah asing yang tak kukenal dan tak ingin kukenal
berbicara jika diperlukan, tersenyum jika dipaksa
dan iya,aku sepertinya sudah lupa bagaimana caranya tertawa

semuanya mungkin akan berjalan seperti biasanya
aku yang akan segera menyelesaikan kuliahku, melupakanmu, menata hidup yang berantakan
aku yang diam-diam mulai jatuh cinta pada kota ini, dan mungkin akan mencari cara agar bisa menetap lebih lama. aku memang ingin tinggal lebih lama di Maastricht, selain agar jauh sekali dari tempatmu berada, juga karena aku mulai mencintainya
hidup yang mulai tampak normal, luka yang mungkin mulai mengering
…..
tapi semuanya kembali lagi ke titik nol, ketika sore itu kita bertemu

kupikir mimpi atau halusinasi.
mungkin aku terlalu merindukanmu, mungkin bayang wajahmu terlalu lama melekat dalam pikiranku
tapi wajah yang kulihat sore itu adalah wujud asli
kau berdiri di hadapanku
bukan mimpi, bukan halusinasi

sore itu aku sedang menikmati sore dengan secangkir Cappuccino di sebuah kafe kecil di Centrum, lalu kau tiba-tiba datang menghampiri meja tempat dimana aku berada.Tiba-tiba sekali…

“Aku tahu kamu meneruskan kuliah di Maastricht. Aku sudah sebulan ini tinggal di Den Haag, ada proyek dari kantor yang mengharuskan aku menetap selama tiga bulan di sana. Aku mencarimu kemana-mana……akhirnya ketemu disini. Maastricht kota yang indah, ya.”

…………

gambar dari http://www.tripadvisor.ie