Vietnam Bukan Saingan

Menjadi peringkat ketiga dalam jajaran pengeksport kopi terbesar di dunia, apakah sebenarnya kita sudah melakukan usaha terbaik? Apakah kita sudah maksimal melakukan segala cara dalam meningkatkan jumlah eksport kopi sekaligus menyejahterakan petani kopinya? Jika seandainya kita mau berusaha sedikit lebih keras lagi, percaya tidak kalau sebenarnya kita sangat bisa untuk menduduki peringkat pertama? Percaya? Saya yakin dan percaya.

Kopi, adalah salah satu anugrah dari Yang Kuasa yang tidak dapat kita pungkiri kenikmatannya. Belakangan ia bahkan sudah menjadi  ladang bisnis yang sangat menjanjikan. Kita kenal beberapa brand ternama yang sukses di penjuru dunia hanya dengan menjual kopi. Kopi sudah menjadi identitas, menjadi semacam kebutuhan yang harus dicukupi. Kopi adalah candu, adalah nikmat yang bisa mengusir penat di hati dan kepala. Tak heran jika kemudian ia menjadi minuman yang diidolakan banyak orang, sekaligus menjadi sumber kekayaan bagi sebagian orang.

cantik.cahiya

Apakah anda pernah dengar kisah tentang kisah petani-petani kopi yang menjual hasil panen kopinya kepada tengkulak-tengkulak dengan harga sangat rendah, lalu sang tengkulak mengeksportnya ke luar negeri dengan harga puluhan bahkan ratusan kali lipat? Oke, sang tengkulak telah membantu meningkatkan jumlah eskport kopi. Tapi sang petani tetap hidup di garis yang belum bisa dibilang layak.

Mungkin ada baiknya jika pemerintah mulai mengevaluasi dan menganalisa kembali nasib perkopian di Indonesia. Meningkatkan hal yang sudah baik dan memperbaiki hal yang masih kurang baik. Lebih memerhatikan nasib petani kopi, melakukan gebrakan-gebrakan yang nantinya akan memberikan dampak positif bagi industri perkopian di tanah air.

Sudah tahu “Kampoeng Kopi Banaran?”. Beberapa tahun terakhir “Kampoeng Kopi Banaran” sudah menjadi tempat ngopi yang sangat terkenal di kawasan Jawa Tengah. Merupakan salah satu Wisata Agro yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Berada di tengah Areal Perkebunan Kopi Kebun Getas Afdeling Assinan tepatnya Jl. Raya Semarang – Solo Km. 35 dengan ketinggian 480 – 600m dpl dengan suhu udara cukup sejuk antara 23ºC – 27º C. Fasilitas utama berupa bangunan untuk menikmati sedapnya kopi “Banaran Coffee” juga dibangun arena bermain anak – anak, lapangan tenis, Mushola, Meeting Room, Griya Robusta,  Family Gathering, Corporate Gathering, Coffee Walk, Out Bound Games, Kolam Renang, Gasebo, Taman Buah, Gedung Pertemuan, Flying Fox, Jelajah Kebun dengan ATV.

Pemandangan di Kampoeng Kopi Banaran
Pemandangan di Kampoeng Kopi Banaran

Menurut saya ini adalah salah satu contoh gebrakan nyata yang berdampak positif bagi industri perkopian di Indonesia. Bayangkan jika di setiap Areal Perkebunan milik PTPN yang ada di seluruh nusantara ada tempat ngopi seperti “Kampoeng Kopi Banaran?” ini? Dengan harga yang jauh lebih murah dan suguhan pemandangan alam yang indah, saya yakin pelan-pelan gerai kopi lokal ini bisa menjadi icon kopi di Indonesia.

Oke, lalu apa usaha kita untuk menyingkirkan Brazilia dan Vietnam dari posisi satu dan dua? Kita harus menjadi peringkat pertama kan?. Kebetulan yang sangat indah Vietnam sang juara dua adalah negara sahabat yang sama-sama bergabung dalam ASEAN. Tak perlulah kita menganggap Vietnam sebagai saingan, sebaliknya kita harus belajar kelompok dengan mereka dalam meningkatkan produktivitas dan mutu kopi nusantara.

Menyongsong ASEAN Economic Community (AEC) 2015 masalah kopi ini bisa menjadi agenda pertama untuk kita. Kita boleh mengusulkan agar semua negara ASEAN sebaiknya mengimport kopi dari Indonesia dan Vietnam. Soal pilihan Indonesia atau Vietnam, terserah negara pengimport saja tergantung kebutuhan dan selera.

Lebih lanjut nanti, ASEAN bisa menjalin kerjasama dengan beberapa negara yang tingkat import kopinya tinggi. Dengan kerjasama tersebut diharapkan bea masuk di negara tujuan bisa dikurangi. Perlu diketahui bahwa beberapa importir menjadikan bea masuk sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan suppliernya. Ini bisa menjadi nilai lebih untuk kita jika bisa menjalin kerjasama ekonomi dengan beberapa negara pengimport kopi.

Dan seperti kita ketahui bersama. Kopi bukanlah hanya kopi hitam. Dalam perkembangannya sekarang ini kopi sudah disajikan dengan campuran beberapa bahan lainnya, dan krimer adalah salah satunya. Sekarang kita kenal Espresso, Latte, Caffee au Lait, Caffee Macchiato, Cappucino, Dry Cappucino, Frappe, Kopi Instan, dan masih banyak lagi. Mungkin tak pernah terdengar di media, tapi selain memasok kebutuhan krimer di negeri sendiri,  Indonesia juga mengeksport krimer si-soulmate kopi ini ke beberapa negara ASEAN. Dan ke Vietnam -sang juara dua, kita mengeskport hampir seribu ton setiap bulannya. Kok lo tau, Yes? Dapat data darimana? Kebetulan saya bekerja di perusahaan produsen krimer dan saya yang mengurusi pengiriman eksportnya 🙂

Espresso on Coffe Beans

Ini juga sudah merupakan salah satu bentuk kerjasama kan? Kopinya dari Vietnam krimernya dari Indonesia. Sebuah perkawinan yang sangat manis.

And after all, sebenarnya jika kwalitas dan mutu kopi kita sudah terjamin, ada banyak sekali cara untuk meningkatkan jumlah penjualan. Jadi, sebagai langkah pertama. Mari kita tingkatkan mutu dan produktivitas kopi nusantara dulu. Dan bagi kita para pecandu kopi, sudah tahu kan kalau kopi asli Indonesia lebih nikmat dari kopi yang segelasnya sama dengan empat kilo beras? 😛 Yuk.. kita cintai produk asli Indonesia 🙂

ini adalah postingan hari kelima #10daysforASEAN

Advertisement

4 comments

  1. aku beberapa kali ke kampung kopi banaran di semarang,,wah kalo libur lebaran rame bgt,,wisata kebun kopinya juga asik,,emang terobosan yg bgs bwt kopi Indonesia,,biar lebih cinta produk kopi sendiri,,

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s