Entah bagaimana caranya untuk berdamai dengan rasa rindu. Ketika sosok yang kau rindukan serupa dengan pajangan di toko-toko yang hanya bisa kaulihat namun terlarang untuk kau sentuh.
Rindu itu begitu saja datang. Tanpa kau undang atau kau picu. Dia seperti udara yang tahu-tahu sudah kauhirup dan itu harus karena kalau tidak kau akan mati karena berhenti bernafas.
Aku sudah sering merasakan rindu separah ini. Tapi kuyakin bersama waktu kemudian dia akan pelan-pelan memudar lalu hilang. Tak perlu sebuah jumpa sebagai penawarnya. Aku hanya perlu resah dan gelisah berhari-hari, bermalam-malam tak bisa terlelap atau sesekali menangis menahan sakit yang tiba-tiba terasa menghimpit perasaanku.
Aku memilih menyakiti diriku sendiri, daripada harus terlibat dalam masalah rumit dengan orang-orang yang sulit dimengerti jalan pikirannya.
Aku merindukanmu. Tapi aku tak ingin kita bertemu.
Tidak. Aku tidak ingin.
[Lintang Prajnadeffi, Maastricht Memory]
:’)