Hujan di Manhattan

…..

Aku masih kerap mampir di coffee shop kecil yang ada di ujung jalan itu, tempat kita biasa menghabiskan sore sambil menunggu hujan yang sebenarnya kita tahu tidak akan reda hingga malam.

Ditemani secangkir hot green tea latte kesukaanmu dan kopi panas pesananku yang seringkali tak tersentuh hingga dingin karena aku terlalu serius ah…lebih tepatnya gembira mendengarkan dan menanggapi setiap kata yang terucap dari bibirmu. Setiap detik seakan sangat berharga, dan seolah aku tak ingin melewatkan sedetikpun hanya untuk menyesap kopi yang ada di depanku.

Kita berbicara tentang banyak hal-hal remeh. Tentang hujan yang mulai sering turun di bulan April, atau tentang film yang baru saja kautonton. Kadang kita juga membahas tentang gosip-gosip yang sedang marak dibicarakan di tanah air.

Ketika hari sudah beranjak malam, kita menyudahi pembicaraan tanpa ada kesimpulan. Dan setelah aku menghabiskan kopiku yang sudah dingin kitapun beranjak pulang. Menyusuri jalanan dengan langkah-langkah kecil walaupun hujan masih enggan reda. Aku selalu menawarkan jas hujan yang memang selalu kubawa di ranselku, tapi kau selalu menolak dan membiarkan rambutmu basah. Sinar matamu yang selalu berbinar, masih bisa dengan jelas kukenang hingga sekarang. Dan senyum tipismu yang sebenarnya kadang terkesan dingin, sampai saat ini masih bisa menghangatkan hatiku.

Hujan di Manhattan, selalu mengingatkanku padamu. Langit yang gelap, jalanan yang basah dan lampu-lampu mobil yang berseliweran seakan berkonspirasi menghadirkan rindu yang menyakitkan sekaligus membahagiakan.

0a01634b85ee99fdd572a1fa430350a0
picture from https://www.pinterest.com/pin/324188873156201916/

Advertisement

10 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s