Waktu tahu saya ke Maastricht sendirian, banyak yang kemudian bertanya : kok jalan-jalan sendirian? nggak takut? Takut sih nggak ya, karena saya juga ke Maastricht nya di siang hari. Menurut saya jalan-jalan sendirian nggak jadi masalah. Iya sih, pasti lebih seru kalau ada teman, apalagi teman yang klop dan satu frekwensi. Tapi “nggak ada teman” nggak akan jadi penghalang buat saya untuk traveling.
Dua hari sebelum weekend, teman saya sudah memberitahu kalau jalur kereta ke arah Maastricht sedang ada perbaikan. Jadi ada kemungkinan saya harus melanjutkan perjalanan dengan bus. Sebenarnya dia pengen nemenin saya, tapi karena dia sudah terlanjur beli tiket konser musik (kesukaannya) yang ada di luar kota dari jauh hari, maka dia tidak bisa menemani saya.
Dan ternyata dia benar, waktu mau lihat jadwal kereta tujuan Maastricht,Ā saya bisa lihat keterangan tentang jadwal maintenance di web resmi NS.
Menurut teman saya kalau ada jadwal perbaikan begini perjalanan bisa tambah lama. Tadinya agak ngeper sih. Kepikiran untuk jalan-jalan ke kota lain aja yang jadwal keretanya nggak ada gangguan. Tapi trus ya udahlah, masa udah nyampe Belanda nggak ke Maastricht? Hahaha…udahlah berangkat aja. Anggap aja bagian dari pengalaman. Setelah sarapan di hotel sayapun jalan kaki ke Amersfoort Station.
Itu adalah pengalaman pertama saya naik kereta di Belanda. Karena sehari-hari ke kantor saya jalan kaki. Dan dari Schiphol ke Amersfoort juga saya dijemput teman saya naik mobil. Santai aja. Saya sih pegangannya, yang penting bisa baca. Karena pasti ada petunjuknya kan? Intinya baca petunjuk aja, kalau bingung tinggal nanya orang sekitar. Kayanya hampir semua orang Belanda bisa ngomong bahasa Inggris kok. Jadi aman bangetlah š
Setelah membeli tiket, sayapun segera ke platform. Sudah ada petunjuk jelas banget tentang platform tempat kereta yang akan kita tumpangi.
Seperti yang sudah disebutkan di jadwal kereta tadi, kereta yang saya tumpangi hanya sampai Roermond. Dari Roermond harus naik bus ke Sittard. Daripada salah jalan atau kesasar saya langsung bertanya ke petugas stasiun aja, dimana bus jurusan Sittard dan apakah saya harus membayar tiket lagi untuk naik bis. Petugas stasiun memberi arah yang cukup jelas dan memberitahu saya bahwa tiket yang saya beli di Amersfoort sudah termasuk tiket bus. Jadi saat solo traveling, kita harus tahu kapan harus bertanya dan kapan pasrah aja sama feeling dan gugelmep ya. Kalau saya sih gitu. Karena kadang-kadang salah jalan dan kesasar itu juga seru. But please make sure kamu salah jalan dan kesasar nya di saat yang tepat š
Bus yang saya tumpangi adalah bus tingkat yang sangat nyaman. Saya sengaja memilih tempat duduk di kabin atas agar lebih leluasa melihat pemandangan sekitar.
Dan persis seperti yang sudah dijadwalkan, 45 menit kemudian bus yang saya tumpangi sampai di stasiun Sittard. Padahal kecepatan busnya bisa dibilang lambat lho. Beda banget sama bus Solo – Semarang š
Turun dari bus saya ngikutin orang-orang aja, karena saya yakin banget kalau mereka juga tujuannya ke Maastricht, dan ternyata saya benar. Saat traveling sendirian, prediksi dan intuisi itu sangat penting lho. Dan so far menurut saya prediksi dan intuisi saya lumayanlah. Meskipun kadang dikacaukan sama mbak gugelmep. Misalnya udah feeling harusnya belok kanan, eh mbak gugelmep suruh lurus. Trus ngikutin mbak gugelmep, trus salah jalan dong dan jadinya muter-muter…ahahhahahaha.
Saat solo traveling, kita juga harus mempersiapkan peta perjalanan sebelum berangkat, mempelajari seluk-beluk kota yang akan kita datangi, dan juga mencari tahu hal-hal umum termasuk misalnya apa yang seharusnya nggak dilakukan. Intinya kita udah tahu dulu hal-hal mendasar tentang kota yang akan kita kunjungi. Biar nggak buta-buta banget. Selain untuk kenyamanan hati, juga untuk menghemat waktu. Jadi jangan kira saya berangkat sendirian ke Maastricht itu tinggal berangkat-berangkat aja. Malam sebelumnya saya sudah mempersiapkan data lho š
Enaknya solo traveling adalah kita bisa mengubah agenda perjalanan sesuka hati tanpa takut nggak enak sama travelmate. Seperti saya misalnya yang lebih memilih untuk merenung agak lama di Sint Servaasburg sambil dengerin “A Head Full of Dream” nya Coldplay. Atau yang tadinya mau cari diskonan di de Bijenkorf tapi trus akhirnya nyangkut di konser musik jalanan dan nonton sambil makan wafel. Dan akhirnya nggak jadi masuk de Bijenkorf.
Solo traveling juga memberi kepuasan tersendiri. Jadi kaya ada moment knowing your self better gitu. Bukan bermaksud egois tapi menurut saya pada saat solo traveling, khususnya di tempat yang benar-benar asing kita kaya dekat banget sama diri kita sendiri. Mungkin selama ini kita terlalu sibuk dengan kepentingan orang lain (yang meskipun keluarga sendiri sih), atau pekerjaan dan banyak hal lain di luar diri kita sendiri. Pada saat solo traveling kita jadi kaya fokus dengan diri kita sendiri dan seperti melakukan sesuatu yang benar-benar untuk diri sendiri. Dan pada akhirnya rasa itu memberi rasa puas dan ya…mungkin bahagia.
Dan, bukankah untuk membahagiakan orang lain, kita harus bahagia dulu?
Ah, jadi kepanjangan ya. Cerita tentang jalan-jalan di Maastrichtnya di posting berikutnya aja ya. Pasti saya akan bikin postingan khusus tentang kota tua yang sangat menawan ini.
Kenapa suka banget sama Maastricht? Ada apa disana?
Saya baru tau ternyata kota ini di Belanda toh!
ada serpihan puzzle yang harus dipunguti satu persatu, mba…
hahahaha…
iyes, mba…di selatan Belanda. udah dekat Belgia. Dari Amsterdam sekitar 3 jam naik kereta.
Tapi kalo dibayangin dan menurut pengalaman pribadi enak ngetraveller solo deh haha . Jadi kita fokus apa yang ingin kita lakukan, tanpa ada gangguan dan diskusi begini begitu sesuai kesepakatan bersama. Intinya gw PGN kesini lakukan, gw pengen begitu lakukan. Bedanya mungkin gak gak bisa heboh selfie2 dan minta potoin kali ya hehe..
Belom pernah ke Belanda tapi baca ini juga udah berasa asiknya kaya ke Belanda aja hehe…
[…] Salah satu hal yang paling saya sukai sewaktu di Amsterdam adalah langitnya yang biru, setelah waktu siangnya yang sangat panjang (sampai jam 11 malam). Dengan waktu siang yang sangat panjang ini, saya seperti punya lebih dari 24 jam sehari. Dan pulang malam juga tidak perlu was-was, karena rasanya masih seperti sore. Ini penting karena saya traveling sendirian.Ā […]
Sama, mbak. Sendirian tidak akan menghalangi niat buat jalan-jalan.
Jalan-jalan sendirian memang fleksibel. Kita pun belajar lebih mencintai diri sendiri. Saat kita bahagia, kebahagiaan itu pun menular ke orang lain. Sungguh ending yang manis.
Aku “kenal” kota ini dari sebuah judul novel. Ironisnya aku lupa ceritanya tentang apa karena kayaknya isinya gak terlalu menarik haha. Berbanding terbalik dengan kotanya yang terpampang indah di postingan ini. Aaaaah mau balik ke NL lagiiiii