Jika berhitung dari angka satu sampai sepuluh ribu, maka di hitungan kesekian ribu, saya sudah kembali naik kereta yang perlahan meninggalkan Den Haag Centraal. Ya, hanya sekitar satu jam saya di sana. Cuma numpang pipis sama sama makan siang yang udah kesorean. Benar-benar cuma mampir. Sebenar-benarnya mampir 🙂
Tadinya nggak ada rencana sama sekali untuk mampir di Den Haag, tapi begitu melihat plang biru bertuliskan nama kota yang dari SD udah sering saya dengar itu, sayapun ikut melompat turun ketika kereta sudah berhenti. Gilak! Padahal saya kan masih harus ke Zaanse Schans, dan itu adalah tujuan utama saya. Nah, enaknya jalan-jalan sendiri kaya gini nih, nggak pakai kompromi bisa langsung mengubah itinerary.
Keluar dari kereta, saya langsung terpesona dengan stasiun yang sangat keren (menurut saya). Dibanding beberapa stasiun kereta di kota lainnya di Belanda, menurut saya Den Haag Centraal yang paling keren deh. Okay, kalau bagian luar sih masih Amsterdam Centraal ya. Ini khusus untuk interior dalamnya.
Setelah ke toilet dan makan siang yang kesorean banget itu, saya sebenarnya berencana untuk jalan-jalan ke kotanya bentar. Tapi udah jam segitu, tapi kan udah nyampe sini. Duh, sempat galaw juga. Trus saya keluar aja dari stasiun dan jalan terus ke arah depan. Di luar statiun banyak gedung-gedung tinggi dan modern. Tapi tetap aja pemandangannya nggak jauh beda sama kota-kota lain di Belanda. Yaitu, keberadaan kanal dan sepeda.
Udah nyampe sini, saya mulai galaw gitu. Duh, kalau terus jalan ke kota pasti ntar nggak bisa sebentar deh. Apalagi kalau ketemu tempat shoping, duh udah deh pasti nggak bisa menahan diri. Padahal udah hampir jam lima. Dan saya masih harus ke Zaanse Schans, sendirian, dan saya juga sebenarnya belum tahu pasti ntar turun di stasiun mana dan harus jalan ke arah mana. Trus pas liat jadwal kereta, lima menit lagi kereta ke arah Zaanse Schans akan lewat. Akhirnya, demi terwujudnya impian lihat kincir angin beneran di negeri Belanda, saya pun balik kanan dan setengah berlari kembali ke stasiun. Hahahaha….
Ini bukan gambar kereta waktu abis balik kanan ya. Ini potonya saya ambil waktu baru turun dari kereta.
Jadi sukses saya cuma mampir doang di Den Haag. Nyesal nggak, Yes? Ummm…kalau mau jujur sih nyesel dikit. Tapi nyeselnya bukan yang ke kenapa waktu itu saya berbalik ke arah stasiun, tapi lebih ke harusnya mungkin di Amsterdam dua hari aja. Eh sayanya malah terlena dan susah move on dari Amersfoort dan cancel hotel yang udah saya booking di Amsterdam dan malah stay di Amersfoort lagi. Dan, kenapa juga ya gue harus ke Maastricht dua kali? Hahahaha….tapi nggak nyesel-nyesel amat sih. Karena saya yakin, kalau memang sudah tertulis bahwa saya akan berada di jantung kota Den Haag, suatu hari nanti, pasti ada kesempatan untuk berkunjung ke sana lagi.
So, Den Haag…kita pasti bertemu lagi. Dalam kesempatan yang lebih banyak dan waktu saya bisa saya habiskan lama-lama di kotamu tanpa terburu-buru.
Aku malah baru denger nama Zaanse apalah itu, mbak. Atraksi utamanya kincir angin aja, ya?