Untuk Kebaikanmu, Kenali dan Pahamilah Orang Lain

54531027-young-couple-in-love-outdoor-stunning-sensual-outdoor-portrait-of-young-stylish-fashion-couple-posin

So, tadi malam dapat pesan dari fans garis keras blog ini, yang mana adalah sahabat saya sejak dulu kala dan dia emang kurang tertarik dengan cerita traveling karena anaknya emang ga suka traveling dan lebih suka males-males di sofa sambil nge-Iflix dan pesan makanan lewat Gojek. Ya, spesies yang nggak suka traveling itu memang ada di muka bumi ini, Hahahahahaha…

Intinya dia protes, kok nggak pernah posting tentang “perasaan” lagi? Umm…emang dulu sering ya saya posting tentang perasaan? Entahlah. Trus abis itu kita bahas tentang mengenali dan memahami orang lain dan hubungannya dengan perasaan kita sendiri. Nah, ini juga yang akan saya tulis kali ini. Eh tapi itu kok gambarnya couple gitu, Yes? Biar seru aja sih. Ini aplikasinya bukan hanya untuk pasangan kok. Heheheh….

Okaylah daripada dia ngambek karena harusnya tayang kemarin, tapi saya syibuk dengan game baru yang bikin addict to the max, yuk kita mulai.

Jadi gini, pada saat kita merasakan suatu perasaan, -perasaan negatif ya, seperti kecewa, marah, sedih..pokoknya perasaan-perasaan yang nggak enaklah, pasti ada penyebabnya dong ya. Dan biasanya penyebabnya datang dari external ya? Artinya penyebab perasaan yang kita rasakan itu udah fix dan confirmed berasal dari luar diri kita, baik itu dari keadaan atau dari seseorang atau beberapa orang. Begitu?

Kalau jawabannya iya, bersiap-siaplah untuk sering-sering kecewa dan atau marah. Karena akan tidak mudah untuk mengontrol hal-hal di luar diri kita, apalagi mengontrol orang lain -yang walaupun dekat banget atau mungkin udah pasangan. Ah, enggak kok, Yes…gue bisa tuh mengontrol keadaan dan mengontrol orang sekitar gue biar nggak bikin gue kecewa. Oh, bisa emang. Bisa banget. Tapi lo capek kan? Lelach hayati di ujung hari? Nggak kecewa tapi lelach hayati, ya beda tipis lah cyin.

Intinya adalah, perasaan-perasaan yang kau rasakan berasal dari dalam dirimu, hasil ciptaanmu sendiri dari stimulus yang berasal dari luar dirimu. Jadi seharusnya kau berhak memilih jenis perasaan yang ingin kau rasakan.

Maksudnya?

Maksudnya, kecewa atau tidak dengan sebuah keadaan sebenarnya bisa kita antisipasi. Dengan cara memahami keadaan dan memahami orang yang bersinggungan langsung dengan perasaan yang kita rasakan. Misalnya nih, kamu udah capek-capek masakin kolak pisang untuk temanmu yang akan berkunjung ke rumah. Eh pas dia datang, jangankan dimakan, disentuh aja nggak tuh kolak pisang yang udah capek-capek lo bikinin. Trus lo kecewa kan? Padahal nih, sebenarnya teman lo tuh nggak suka pisang dan punya traumatis sama pisang. Tapi kamu udah menyimpan kecewa itu dalam hati. Trus bertekad besok-besok kalau dia datang, nggak bakal disuguhin apa-apa. (ini contoh ya…hahahah).

Coba kalau misalnya kamu memahami bahwa temanmu nggak suka pisang, walaupun kecewa karena udah capek masak, paling tidak pasti kecewamu berkurang karena tahu alasannya. Dalam hal ini siapa yang ketolong karena kamu memahami respon temanmu terhadap pisang? Pastinya kamu, karena pemahaman itu telah mengobati rasa kecewamu.

Kita seringkali berpikir bahwa ketika berusaha mengenali dan memahami orang lain, maka dia lah satu-satunya yang diuntungkan. Karena kita udah capek-capek untuk tahu banyak tentang dia dan memahami dirinya. Padahal sebenarnya, pada saat itu kita juga sedang  mengumpulkan amunisi untuk membentengi diri dari perasaan-perasaan kecewa yang mungkin terjadi,

Dalam sebuah hubungan, apalagi hubungan yang sangat dekat seperti misalnya pacalan, akan banyak sekali potensi kekecewaan karena salah paham atau ketidaktahuan. Misalnya udah tahu pacal lo kalau weekend bangunnya siang karena buat dia itu surga banget karena udah seminggu harus bangun pagi banget, eh kamunya maksa ngajak dia tiap weekend harus olahraga bareng. Mungkin di awal-awal dia akan memaksakan diri untuk hayuk, tapi kesininya pasti dia jadi males. Trus elonya kecewa deh.

Intinya kumpulkan sebanyak-banyaknya informasi tentang keadaan atau orang yang bersinggungan langsung dengan perasaanmu. Jadi pada saat terjadi sesuatu, otak akan langsung memberi sinyal ke hati untuk nggak terlalu baper. Semacam ngingetin “dia emang jarang pegang HP, jadi WA lo bakal dibalas besok atau tahun depan deh. Nggak usah baper, nggak usah kecewa. Kalau emang penting samperin aja ke rumahnya.” hahahahah…..

Gitu ya. Gosah panjang-panjang lah, ntar pada nggak baca lagi. Intinya, manage your expectation. But how can i manage my expectations? Understand the situation and or the persons who related to your expectations 😀

 

Advertisement

6 comments

  1. Halo mbak Yes, silent reader hadir nih hehehehe
    Iya betul spesies orang yang sama sekali ga suka traveling itu memang nyata adanya wkwkwk. Btw mengikuti postingan-postinganmu tentang traveling, bukankah sudah sekaligus membahas ttg perasaan? Mbak juga sering menyebut Salatiga, yg menurutku itu udh membahas perasaan hehehe.

  2. Terpana mak…. Tulisan endez…
    Level of kebaperan jugak possible dipengaruhi oleh tingginya level rasa sosial dan komunitas sosialnya, seberapa heterogen temennya, seberapa jauh main nya… Sering dijumpai orang yang kurang piknik cenderung level kebaperan nya menjulang to the max… 😉😊

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s