Udah pernah dengar cerita tentang anak muda yang rela nggak makan demi membeli (dengan mencicil) Iphone seri terbaru dan untuk sering nongkrong di warung kopi yang harga segelas small nya bisa buat beli beras empat kilo? Teman saya yang tinggal di Jakarta, katanya menemukan beberapa orang dengan case yang sama. Dan dia sendiri, juga bisa dikategorikan sama. Dengan penghasilan di bawah sepuluh juta dan untungnya masih single, tapi tiap bulan harus membayar cicilan ini itu, teman saya mulai kesulitan melanjutkan gaya hidup yang terlanjur dipilihnya.
Hanya memakai barang-barang bermerek, gadget harus selalu update yang terbaru (dan belinya pakai cicilan kartu kredit), ngotot beli mobil padahal ngos-ngosan bayar cicilannya, pulang kerja nongkrong atau ngopi-ngopi cantik….. membuat teman saya ini, jangankan nabung, cicilannya aja kadang harus gali lobang tutup lobang. But she looks happy, dan terlihat kaya. Walau sebenarnya batinnya menjerit dan kalau udah setres banget curhat sama saya dan untungnya ngga pernah pinjam duit. Buat dia, pantang ngutang sama teman, katanya kalau ngutang sama bank aja. Dia bilang, ngutang sama teman resikonya besar. Katanya “mau jadi apa gue ntar kalau udah bangkrut kehilangan teman juga” Hahahahha….
Di lain sisi, saya juga punya seorang teman yang orangnya sederhana banget, masih single juga. Sadar tidak berasal dari keluarga yang kaya raya, teman saya ini ternyata sudah mulai berinvestasi sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Buat dia masa sekarang dan masa depan sama pentingnya, itulah kenapa dia selalu menyisihkan setengah dari penghasilannya untuk menabung dan berinvestasi.
Tapi beberapa waktu yang lalu timbul gejolak dalam hatinya. Belakangan katanya dia mendapat perlakuan yang kurang enak dari lingkungan barunya (kebetulan dia baru pindah kerja) hanya karena tidak (terlihat) kaya. Handphone nya yang menurut dia masih berfungsi baik tapi release-nya udah lima tahun yang lalu, kenyataan bahwa posisinya di kantor termasuk penting tapi nggak punya mobil membuat orang memandangnya sebelah mata. Orang-orang tidak tahu bahwa dia berada pada stabilitas ekonomi yang sangat mapan, punya banyak asset dan investasi. Dan rutin jalan-jalan ke luar negeri (tapi nggak pernah di-posting di sosial media).
Dari dua case teman saya ini, saya jadi berkaca. Saya termasuk yang mana ya? Untungnya saya tinggal di kota kecil yang hal-hal seperti gadget harus selalu baru, mobil harus gonta-ganti, rutin nongkrong di kafe atau restoran hampir tidak ada. Jadi apapun yang selama ini saya lakukan adalah murni karena saya ingin melakukannya, bukan dalam rangka pencitraan atau usaha untuk terlihat kaya. Dan kalaupun misalnya ada “tuntutan” dari sekitar untuk terlihat kaya, saya pasti tidak akan ambil pusing. Karena terus terang saya termasuk cuek untuk urusan seperti ini.
Tapi kemudian ada hal menarik yang saya catat dari teman saya yang terlihat misqueen tapi kaya tadi. Yaitu tentang investasi. Prinsip bahwa masa sekarang dan masa depan sama pentingnya membuat saya juga berpikir untuk lebih serius berinvestasi. Selama ini kan masih enjoying my money banget sambil menabung kecil-kecilan dan berinvestasi emas kecil-kecilan banget dan nggak konsisten lebih sering lupanya padahal udah berjanji pasti investasi paling nggak satu gram sebulan. Ya namanya juga janji, shay…kan bisa ditepati bisa dilanggar. Hahahahah….
Anyway, dalam hal ini saya tidak sedang menggiring opini bahwa beli barang bermerek itu salah, memiliki gadget mahal itu nista, ngotot beli mobil tapi ngos-ngosan bayar cicilannya itu salah ya. NO! NO! NO! Setiap orang punya kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Bisa aja memang dia punya banyak duit tinggal guntingan (hahahah…..) makanya easy aja beli tas yang harganya lima kali kulkas dua pintu. Atau bisa aja dia memang butuh banget mobil, dan mobil adalah kebutuhan primernya makanya bela-belain beli walau tahu bakal ngos-ngosan. Marilah kita jangan men-judge orang lain tapi fokus pada diri kita sendiri.
Oke, balik ke investasi. Jadi menurut teman saya yang tampak misqueen tapi kaya raya itu tadi, investasi itu nggak boleh dipaksakan. Kita harus bangun fondasi ekonomi yang kuat dulu sebelum mulai berinvestasi. Dan fondasi ekonomi yang kuat adalah tidak adanya utang , atau walaupun punya utang kita punya kesanggupan membayar cicilan atau utang tersebut. Jadi kalau masih punya utang, alokasikan penghasilan untuk bayar cicilan dulu baru investasi. Kalau semua penghasilan sudah dialokasikan untuk biaya hidup, bayar cicilan dan lain lain udah terpenuhi, baru sisihkan buat investasi.
Tapi kalau ngotot pengen mulai investasi dari sekarang sebenarnya bisa. Tapi ada hal yang harus diubah, yaitu gaya hidup. Slot yang mungkin untuk dikurangi adalah slot pengeluaran sehari-hari. Katanya coba direview dulu pengeluaran bulanannya, barang-barang yang dibeli apakah memang dibutuhkan atau hanya sekedar ingin. Pos yang paling memungkinkan untuk dikurangi adalah dari pos makanan dan gaya hidup. Karena untuk pengeluaran seperti bayar listrik, air, internet, sekolah anak kan udah standard. Ya paling bisanya hemat listrik dan air biar tagihannya berkurang.
Intinya semakin kecil biaya hidup, maka semakin besar alokasi untuk investasi. Karena alokasi untuk tabungan, asuransi, cicilan nggak seharusnya diutak-atik lagi. Nah, kalau kita nggak punya cicilan, maka alokasi investasinya bisa lebih besar lagi. Kalau di teman saya, alokasi investasinya dia 50% dari penghasilan. Bisa, karena dia nggak punya cicilan dan biaya hidupnya sangat minimalis.
Trus kapan saat yang tepat untuk mulai berinvestasi? Nah ini. Saat yang tepat untuk berinvestasi adalah 20 tahun yang lalu dan SEKARANG! Berarti memang kudu harus review alokasi biaya hidup ini ya. Hehehehe…… Dan bagaimana cara berinvestasi? Nggak bakal saya bahas di sini ya, tapi yang paling gampang sih reksadana. Gih dah sana dibrowsing pilihan investasi yang tepat untuk kalian. Yang penting niatnya udah ada dulu. Eh tapi kalau kalian udah kaya raya punya harta bisa buat tujuh turunan sih nggak level kali ya investasi model begini. Langsung aja buka pabrik apa gitu atau bikin usaha apa gitu ya…Nggak perlu menyisihkan penghasilan untuk investasi 😀
Jadi kalian pilih gaya hidup yang wah wah atau menyisihkan penghasilan untuk investasi masa depan? Kalau saya sih gaya hidup yang realistis sesuai kemampuan (realistis artinya nggak maksain untuk pelit medit dan menekan biaya hidup biar bisa investasi banyak ya..) dan akan mulai konsisten berinvestasi untuk masa depan. Eittt…udah punya SID number dong 😀
Aku tidak berani ngutang tapi tidak punya invest juga.
Pengen sih tapi sepertinya belum bisa diselewengkan, faktor kebutuhan sehari-hari yang harus kututupi.
Pengin sih bisa berinvestasi, sekarang sedang berusaha menyisihkan dana untuk itu meskipun masih agak sulit karena masih ada kebutuhan lain2 yg harus terpenuhi lebih dulu.
investasi apa ya… belum sih
mung lagi ngos ngosan bangun rumah
HARUS BANGET disiplin kalo urusan financial planning ini Mba.
Aku sih memilah dan memilih teman gaul ya.
Jadi ngga perlu terseret arus terus-menerus kudu ke kafe fancy dll
Aku pun menyesal karena telat kenal sama yang namanya investasi nih. Kebanyakan main dan hura-hura pas masih single. Sekarang berasa banget. Makanya penting deh anak muda melek investasi dan finacial planning. Biar gak kebanyakan hedon yang akhirnya ngerugiin diri sendiri
Ada inves kecil2an di reksadana syariah, tapiii udah lama ngga diisi. Ini mau mulai disiplin lagi nabung dan berinves. Bismillah.
Untuk urusan keuangan sepertinya kunci utamanya adalah disiplin ya mba.. sehingga baik sekarang ataupun nanti masalah keuangan bukan soal utama yang harus diselesaikan
Hai Mba Yessi,
Aku masih belajar nih soal investasi.
Sudah punya investasi sih, tapi lewat asuransi unit link, sejak 2010
Sudah pernah diambil juga untuk keperluan mendesak.
Terlahir dari keluarga sederhana, mengatur keuangan sepertinya sudah menjadi bagian gaya hidup aku.
Nah, aku pernah tuh, pakai HP jadul yang cuma bisa sms dan telepon doang, bahahaha, sementara orang-orang disekeliligku sudah pakai BB.
Habis, HPnya masih bagus dan layak sih!
… dan saat itu aku pikir masih belum memerlukannya.
Sesimpel itu.
setuju, investasi itu penting banget. dan agak menyesal karena saya baru belakangan belajar ttg investasi. saat ini saya sudah mulai invest saham. tapi belum disiplin nih. semoga next bisa disiplin beli saham.
Saya juga ada mbak, teman yang maksain banget demi gaya hidup. Sampai kadang saya sindir “Punya mobil bagus, tapi nggak kuat beli bensin. Gini deh jadinya, ke kantor naik gojek”
Udah sering, Mbak. Bahkan katanya generasi sekarang memang cenderung kurang berinvestasi. Makanya perlu diingatkan lagi tentang pentingnya investasi
bank tp ga ada investasi samasekali :D. aku biasanya main di reksadana mba. ato obligasi kalo sdg kluar yg IPO. kalo utk main saham blm berani, krn itu bnr2 hrs diperhatiin banget kan. aku blm jago baca pasar :D. udh paling bener reksadana aja 😀
wah, setelah menutup2 hutang, melunasi tagihan2, aku merasa agak telat karena baru sekarang melirik investasi.. baru belajar pelan2.. kagum sm anak2 muda yg punya kesempatan belajar berinvestasi lebih dini..
Setuju bgt untuk berinvestasi ketika kebutuhan dasar kita udah terpenuhi. Kalo saya nyerahin ke suami deh yg hobi investasinya ke tanah. Sy kalo ada uang ya habis aja buat makan sama kebutuhan anak2 😀
We have been trying to work on some investment lately. now that we had quite an established management plan at home, my husband and I do a lot of infesting whenever we can
Sesuai kemampuan mak gak mau maksain lagi. Dulu pas punya CC aduh berasa hidup gaya DPR gaji UMR padahal. Padahalkan hidup pake CC rugi dan jadi ada hutang jugakan. Jadi mending ya apa adanya ajalah biar ga ribet hehe
Gaya hidup memang bikin ngos-ngosan kalau diikutin. Kalau gajinya gede sih enggak apa-apa ya, enggak sampai gali lubang tutup lubang.
Saya sekarang juga mulai belajar investasi dengan emas. Mudah untuk membelinya, terus harga jual yang bagus. Dan yang terpenting saya bisa menyimpannya dengan mudah. Hihihi
Aku konsisten baru di tahap menabung, selalu menyisihkan 30% dari pendapatan kotor ke tabungan. Sebagian diamankan dalam bentuk logam mulia.
Memang melelahkan ya hidup dengan kepalsuan, kudu kelihatan uptodate tapi modalnya ngutang. Malah menciptakan lubang sendiri sepertinya. Tapi kalau punya uang cukup untuk mencicil hutangnya ya ndak papa sih. Untung juga di tempat tinggalku tidak ada iklim kudu kejar2an prestige gitu, jadi amaaaann… 🙂
Wah bener banget mba yesi harus mulai berhemat ya mbak.. Untuk keperluan kita mendatang ya..
Aku sudah mulai coba2 invenstasi mba.. labungan untuk anak2 sekolah juga.. memang ngurangin lifestlye banget buat kencengin invesnt ini..
Sy tim realistis. Beli barang sesuai kemampuan ga punya yg merk2 wah. Paling made in diskonan matahari heeh
Kalau saya ngikutin suami. Ada bagian penghasilan untuk investasi. Jadi hati tenang karena sudah ada dana untuk berjaga-jaga.
Berhutang untuk barang2 yg kurang penting adalah haram hukumnya di rumah. Sedari awal menikah gak ada tagihan cicilan karena suami bukan tipe yg doyan ngutang. Klopun butuh beli barang elektronik ato beli apa gitu maunya cash.
punya investasi penting banget ya apalagi kkta gak tau masa depan nanti kaya apa ditambah kalau punya anak juga yang butuh banyak biaya
Banyak banget di sekitar saya yang juga bergaya hidup “wah” tp ternyata utangnya banyak. Kalo saya, menghindari banget berhutang hanya untuk gaya hidup. Nggak akan ada puasnya dan nggak akan ada akhirnya.
Aku umur 18. Kira2 investasi apa yang cocok?? Investasi/tabung rumahan type 36+ ada satu yang aku lihat tapi gaji belum cukup (700rb per bln).
Investasi lainnya kebanyakan butuh umur 20 ke atas n punya npwp, sedangkan aku belum.
Aku termasuk yang telat soal investasi. Itu pun ga rutin huhuhu. Coba kalau dari dulu disiplin ya, mungkin nominalnya udah gede. Sekarang mau diusahakan lebih banyak lagi menyisihkan penghasilan buat pos investasi. Walau hidupnya masih kebanyakan gaya hihihi
Masalah keuangan ini mesti dikelola dengan baik ya, kalau enggak bisa berabe utusan kesehatan dan pendidikan anak-anak. Perlu sejak dini investasi ya.
harus dengan perencanaan yang matang .