The ”Empty Trash”

empty-trash-warning

Menurut saya pribadi, menjadi ibu yang baik dan bahagia adalah salah satu tujuan utama. Tapi kadang dua hal ini berdiri di dua kutub yang berbeda, jadi ada saatnya emak harus memilih, “jadi ibu yang baik atau ibu yang bahagia?”

And i am not sure apakah saya termasuk ibu yang baik atau tidak, tapi paling nggak, si boy nggak pernah merasa ditelantarkan oleh emaknya, dia juga bebas cerita apa saja ke saya. kita juga selalu pillow talk sebelum dia tidur. Sering ketawa ngakak bersama for a receh joke. Ya, menurut saya si boy cukup okay lah dengan spesifikasi emak yang saya punya sekarang, mungkin perlu update atau upgrade di sana-sini, but overall i think he is happy.Ā  He gave me five stars, anyway šŸ™‚

Dan, apakah saya termasuk ibu yang bahagia? Yes, saya merasa cukup bahagia. Tolong diperhatikan dulu ya, ukuran kebahagiaan tiap orang itu beda-beda. Jadi kalau kalian menganggap saya tidak bahagia dengan segala kekurangan yang saya miliki, belum tentu kalian benar. Buat saya ukuran kebahagiaan diukur dari kebutuhan dasar dulu. And apa sajakah kebutuhan dasar menurut saya? Okay, money can buy everything but ada beberapa hal yang lebih basic dari segepok uang tadi. Yaitu : tidak tertekan, tidak ada yang dipendam, tidak ada yang mengejar. Hahahaha….

Nah, untuk urusan yang “tidak ada yang dipendam” ini kamu harus punya seseorang atau beberapa orang (yang terpercaya) untuk sharing. Okay, saya tidak bilang menceritakan semua hal ke suami adalah hal yang kurang tepat. Tapi buat saya ada beberapa hal yang lebih baik diceritakan ke sesama perempuan. Bukan, bukan karena suami saya nggak asik diajak sharing. He is a complete package actually, bisa di-switch jadi orangtua, teman, pacar atau juga teman berantem…hahahahha.

Untungnya saya punya beberapa ”empty trash’‘ yang bahkan ada yang sudah bersama sejak lebih dari duapuluh tahun yang lalu (oh..how lucky i am..). Dan asiknya lagi, mereka ini punya keahlian masing-masing…jadi semacam folder-folder. Kalau tentang ini sama yang ini, kalau yang itu sama yang itu. Dan asiknya, kita sama-sama menjadi ”empty trash”, jadi ngga saya aja yang curhat mampus sama mereka, tapi sebaliknya juga.

Kadang-kadang bisa menceritakan semua hal aja udah menjadi stress relief lho, jadi nggak ada yang tertinggal di hati gitu. Karena buat saya, kalau nggak di-release dan mendam aja di situ bisa masuk ke alam bawah sadar. Dan kalau udah masuk ke alam bawah sadar, udah susah lho keluarnya. Jadi saya selalu mengusahakan semua hal yang berpotensi untuk terpendam, langsung di-empty trash kan.

Pernah dapat notifikasi kalau handphone kalian full of memory jadi trus nggak bisa buat nyimpan data lagi, tapi setelah di-clean dengan deleting unnecesarry data, free space nya ada lagi bahkan bisa sampai 1GB. Nah, menurut saya, kita juga seperti itu. So, how many ”empty trash” do you have, moms? šŸ™‚

 

15 comments

  1. Kalo aku paling sering curhat ya ke suami tapi ada juga hal2 yg suka kuceritakan sama sahabat atau sodara perempuan. Emang rasanya plong aja kalo cerita ntah itu masalah serius ataupun remeh temeh krn perempuan butuh dikeluarkan buah pikirannya kalo dipendem malah bikin jerawat. Kalo pas ngga ada yg bs diajak cerita ya ditulis di blog hehe.

  2. Iyaah kadang ada yg blm bener2 empty. Haha. Suami sih paling sring aku curhatin. šŸ˜… ada sahabat lama 1 itu masi suka curhat receh2.. eh sama pak suami jg receh. Apa aja cuhat

    • Apakah aku ibu yang baik, pertanyaan yang sering aku tanyakan pada diriku sendiri. Satu hal yang aku yakini, kalau aku bahagia, maka akan lebih mudah membuat anak2 bahagia juga. Salah satunya ya dengan gak memendam masalah. Biasanya aku curhat ke suami, the one and only orang yang aku percaya akan menjaga rahasiaku. Tapi kadang2 kalau susah ngungkapin, nulis juga di diari digital dan kasih suami buat baca. Kalau udah lega, tinggal delete aja.

  3. Waah jadi pengin ketawa bacanya pas ada folder folder. Jadi punya spesialis curhat ya mbak. Kalau ini ke.A, kalau itu ke B. Hihihi..

    Aku juga masih punya sahabat yang bisa dicurhatin apa saja karena sudah jadi sahabat lebih dari 20 th. Kadang ada hal hal yang tidak bisa kita ceritakan ke suami dan butuh mendengar perempuan buat curhat yaitu sahabat. Tapi pada dasarnya aku curhat apa saja ke suami kecuali yg dia gak ngerti dan harus sahabat karena sama sama perempuan

  4. Beruntungnya dirimu, Mbak, punya sahabat untuk curhat. Aku biasanya cuam cerita ke suami. Teman ada, tapi bukan teman curhat. Kadang kala pengin juga punya temen begitu. Tapi belum leluasa aja. Mungkin harus mulai dicoba, biar punya folder khusus, hehe

  5. empty trash aku sih so far dalam bentuk email rahasia aja yaaa. wahahahaaa. entah kenapa aku ga gampang percaya sama orang. huhuhuhu. tapi nulis masalah masalah dan kegondokan kita jg cukup membantu loh mengurangi stress. wehehehee

  6. Teman ceritaku untuk sekarang ini hanya suamiku, tapi itu gak bisa sampai bener-bener plong:(

    Jadi keingat dulu aku itu jarang curhat, pilih pendam sendiri dan lama-lama itu jadi bom waktu yang bahaya banget kalau meledak

  7. Belum jadi Moms akutu mba, Hahaha. Tapi sejauh ini aku punya 3 orang yang jadi “empty trash” ku saat ini. Yang nggak pernah judge aku, selalu mau dengerin aku sampai ke borok-boroknya kelakuanku. Aku nggak butuh banyak teman tapi fake. Aku mah cuma butuh yang selalu ada dan nggak menghakimi, yang selalu kembali meskipun berbeda pendapat. Aku nyadar kok semakin lama semakin kecil circle pertemanan, jadi lebih baik yang udah ada jangan disia-siakan. Insya Allah bisa selamanya kayak gini sama mereka. Aamiin.

  8. Ini bahasannya dalem walaupun pake istilah yg komputer banget… empty trash aku sampe saat ini ya temen adalah beberapa, sama tulisan di buku agenda aku, ini aku lakuin gara2 kadar kepercayaanku saat ini sedikit menurun sama orang lain. Kalo abis nulis gitu sedikit plog sih… entengan hati ini, mood membaik, dan tentu bahagia

  9. Betul
    Saya juga lega kalau sudah membuang apa yang tidak perlu dipikirkan apalagi dirasakan lebih dalam
    Pesan suami gitu. Makin banyak yang tersimpan, pancaran aura positif akan terganggu

  10. Aaaahhh….setuju bangettttt. Paling tidak punya satu teman dekat untuk bercerita, menjadi empty trash. Aku punya juga, Maaakkkk. Karena bagiku itu pentiing.

Leave a comment