Mungkin kalian mulai bosan mendengar atau membaca bahasan saya tentang #MaastrichtMemory yang tak juga berujung pada lahirnya sebuah novel nyata. Bukan hanya sekedar penggalan-penggalan percakapan antar tokohnya yang (sengaja) saya pamer di facebook dan atau twitter.
Dengan berbagai alasan dan pembenaran saya diampuni oleh diri saya sendiri, bahwa saat-saat ini bukanlah saat yang tepat untuk menyelesaikan #MaastrichtMemory. Oke, bilang saya penulis malas. Saya dengan sepenuh hati menerimanya. Tampar aku, mas! Tampar! Apaan sih, Yes? 🙂
#MaastrichtMemory ini beda dengan novel-novel saya yang sebelumnya. Kalau di novel-novel sebelumnya tujuannya saya adalah untuk menjadi penulis terkenal (dan sialnya tidak berhasil! hahahaha…), pada #MaastrichtMemory saya tidak menggantungkan harapan apa-apa. Saya hanya ingin menuntaskan #MaastrichtMemory. Menghadirkan tokohnya dalam lembar demi lembar yang setiap saat bisa saya baca. Itu saja.
Tapi sayangnya saya belum bisa menyelesaikannya. Tidak sekarang.