Remembering Bangkok

Nggak terasa ya, bulan depan udah September aja. Dan itu berarti udah setahun yang lalu saya traveling ke Bangkok. Traveling yang nggak pernah direncanakan karena sebenarnya adalah business trip yang kemudian diextend satu hari untuk explore Bangkok.

Nggak banyak sebenarnya tempat-tempat yang sempat saya kunjungi karena keterbatasan waktu, tapi traveling ke Bangkok tahun lalu memberi kesan tersendiri karena saya explore Bangkok sendirian dan tanpa internet. Jadi cuma ngandalin wifi hotel aja atau tempat-tempat yang memang ada wifinya. Nekad amat, Yes? Udah jalan sendirian nggak punya koneksi internet pulak. Nggak takut kesasar? Kejadian sih saya salah naik bis. Nomor bisnya sih benar, tapi arahnya yang salah. Tapi buat saya nggak masalah, justru itu menambah keseruan perjalanan.

Mungkin ada yang berpikir saya nekad dan teman saya malah ada yang bilang ‘sok-sokan banget lo, gimana coba kalau lo kesasar trus hilang’. Hahahaha…. Tentu saja saya memutuskan traveling sendirian dengan perencanaan dan pertimbangan yang sudah dipikirkan sebelumnya. Apa saja sih yang jadi pertimbangan saya?

Tampang dan Postur Saya Sama Dengan Orang Lokal

Ya, semua orang juga tahu kan kalau muke orang Thailand nggak bisa dibedain sama muke orang Indonesia. Dan itu terbukti dengan beberapa orang yang ngajak saya ngomong dengan bahasa Thai. Nah, persamaan ini membuat saya bebas dari rasa khawatir untuk dijailin atau diincer orang yang bermaksud jahat. Paling juga dipikirnya saya adalah mbak-mbak lokal yang mau kemana gitu. Coba misalnya travelingnya ke Afrika, belum tentu saya mau sendirian.

20170204_180859

Tuh, tampang saya kaya orang lokal kan? Siapa sangka kalau perempuan cantik yang hanya berteman tongsis ini berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah 😀

Ada MRT dan BTS, Penangkal Terjadinya Kesasar

Enaknya traveling ke kota yang ada MRT nya adalah kita nggak mungkin kesasar terlalu jauh. Kalaupun sempat kesasar dikit, kita bisa turun di stasiun MRT yang kebetulan dilewati. Dan kalau udah sampai stasiun MRT, tinggal naik aja ke MRT tujuan yang kita kenal. Saya pilih hotel yang dekat dengan stasiun MRT. Jadi kalau mau kemana-mana gampang tinggal naik MRT. Kalaupun tujuan yang hendak dituju tidak dilalui MRT, bisa dilanjutkan dengan naik taksi.

Saya Orangnya Cenderung Tenang dan Tidak Gampang Panik

Jadi waktu salah naik bis, sebenarnya feeling saya udah ngerasa kalau kayanya salah deh. Makanya saya bertanya kepada kondektur bis. Pakai bahasa Inggris atau Thai, Yes? Pakai bahasa isyarat lah. Hahaha…rata-rata orang di sana nggak bisa bahasa Inggris. Bahkan nggak bisa baca huruf latin. Saya hanya menyebutkan tujuan saya, lalu sang kondektur mengatakan sesuatu, bis berhenti, dia menunjuk ke arah berlawanan lalu mengisyaratkan saya untuk turun. Sayapun turun setelah sebelumnya mengucapkan Thank you, lalu karena nggak mau ribet saya cari taksi untuk mengantar saya ke tempat tujuan.

Masalah lain muncul, supir taksi tidak mengerti tempat yang akan saya tuju karena dia tidak bisa bahasa Inggris. Dan saya tidak meminta receptionist hotel menuliskan tempat yang saya tuju dalam bahasa Thai karena pede jaya semua orang pasti tau tempat itu. Ternyata oh ternyata. Untung ada bapak-bapak berseragam yang berdiri tak jauh dari taksi parkir, saya memanggilnya dan meminta tolong menjelaskan tujuan saya ke bapak supir taksi. Dan dugaan saya benar, dia bisa bahasa Inggris. Diapun menjelaskan tujuan saya dalam bahasa Thai ke bapak supir. Anehnya, sepanjang perjalanan si bapak mengajak saya ngobrol dengan bahasa Thai dan saya menjawab dengan bahasa Inggris. Waktu dia tertawa, saya ikut tertawa. Dan sampai sekarang, saya pasti senyum-senyum sendiri kalau mengingat kejadian itu 😀

Kota yang Dikunjungi Aman

Ini juga jadi pertimbangannya yang sangat penting ya. Saya juga nggak akan mau berkeliaran sendirian di kota yang memang sudah terkenal rawan. Dimana-mana pasti ada potensi kejahatan sih, jadi sebisa mungkin potensi yang berasal dari diri kita bisa kita eliminasi. Contohya, penampilan. Saya selalu memakai baju casual kalau sedang traveling sendirian. Celana jeans, kemeja, sepatu sport dan ransel selalu jadi andalan saya. Penampilan yang berlebihan kemungkinan bisa menarik perhatian orang untuk berbuat iseng atau bahkan jahat.

Melatih Insting

Kalau ini sepertinya bukan pertimbangan, ya. Tapi tujuan. Ya, dengan traveling sendirian tanpa bantuan koneksi internet satu-satunya yang bisa kita andalkan adalah insting. Oke, bisa sih nanya sama orang sekitar, tapi belum tentu dia ngerti bahasa Inggris kan? Dan belum tentu juga kita ngerti penjelasan yang dia berikan. Dari beberapa perjalanan, 90% insting saya benar. Sisanya 10% salah karena nggak pakai logika. Jadi insting dan logika itu harus selalu dipakai bersamaan ya. Hehehehe….

Ummm…itu aja sih pertimbangan saya. Kalau kamu? Berani nggak traveling sendirian ke tempat asing yang belum pernah dikunjungi sebelumnya? Seru banget lho! 😀

 

 

 

 

 

Advertisement

3 comments

  1. Waktu saya pertama kali ke Jakarta yang masih dalam lingkup Indonesia, saya ajah masih belum berani sendirian kemana mana, takut nyasar atau kena sasaran kejahatan. Kalau ke luar negeri tambah gak berani lagi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s